Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah fondasi utama dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Jika pembahasan sebelumnya berfokus pada keamanan makanan, maka AKG berfokus pada mutu gizi makanan. Kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan untuk mencapai tujuan utama program: meningkatkan status gizi masyarakat.

Apa Itu Angka Kecukupan Gizi (AKG)?

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan rata-rata jumlah zat gizi (seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral) yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang sehat menurut kelompok usia, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu di Indonesia. Penetapan AKG di Indonesia merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes RI) Nomor 28 Tahun 2019.

Relevansi AKG dengan Dapur MBG

Bagi Dapur MBG, AKG berfungsi sebagai standar emas untuk menyusun dan mengevaluasi menu. Program MBG tidak bertujuan menyediakan makanan yang hanya mengenyangkan, tetapi harus memastikan bahwa satu porsi makanan yang disajikan memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan gizi harian penerima manfaat.

Kontribusi yang ditargetkan untuk menu MBG bervariasi tergantung waktu pemberiannya:

  • Makan Pagi: Makanan harus memenuhi 20-25% dari total AKG harian.
  • Makan Siang: Makanan harus memenuhi 30-35% dari total AKG harian.

Ahli gizi yang merencanakan menu di SPPG harus menggunakan tabel AKG untuk menghitung kebutuhan energi, protein, dan zat gizi mikro spesifik bagi kelompok sasaran mereka (misalnya, siswa SD kelas 4-6, atau ibu hamil).

Langkah Penerapan AKG dalam Perencanaan Menu SPPG

  1. Penentuan Kelompok Sasaran: Ahli gizi mengidentifikasi kelompok penerima (misalnya, anak SD usia 7-9 tahun atau remaja SMP usia 13-15 tahun) untuk mengetahui standar AKG yang berlaku.
  2. Perhitungan Kontribusi Gizi: Menu yang disusun (misalnya: nasi, ayam, tumis sayur, dan buah) harus dihitung kandungan energinya (dalam kkal), proteinnya (dalam gram), dan zat gizi lainnya. Perhitungan ini memastikan total gizi mencapai persentase kontribusi yang ditargetkan (20-25% atau 30-35% AKG harian).
  3. Gizi Seimbang: Menu harus berpedoman pada Prinsip Gizi Seimbang, mencakup semua kelompok pangan:

    • Sumber Karbohidrat (nasi, jagung, ubi).
    • Protein Hewani (ayam, ikan, telur) dan Nabati (tahu, tempe).
    • Sayuran dan Buah-buahan lokal.
  4. Evaluasi dan Penyesuaian: Menu yang sudah matang dan siap disajikan harus dipastikan ukurannya (porsi) sesuai dengan perhitungan gizi awal. Jika evaluasi menunjukkan menu terlalu rendah gizi, harus segera disesuaikan dengan menambah kuantitas atau mengganti bahan baku yang lebih padat gizi.

Tantangan Ketercapaian AKG di Lapangan

Salah satu kritik dan tantangan terbesar dalam Program MBG adalah memastikan menu yang disajikan benar-benar mencapai standar AKG yang ditetapkan. Kekurangan gizi, baik energi maupun protein, dapat terjadi jika:

  • Porsi Terlalu Kecil: Jumlah bahan yang dimasak tidak sesuai dengan perhitungan AKG.
  • Bahan Baku Tidak Sesuai: Penggunaan bahan baku dengan mutu rendah atau komposisi yang tidak tepat.
  • Kegagalan Distribusi: Meskipun sudah memenuhi standar gizi, jika waktu konsumsi terlalu lama, penurunan mutu gizi (seperti vitamin) mungkin terjadi.

Dengan menjadikan AKG sebagai acuan utama, Dapur MBG memastikan bahwa makanan yang disajikan tidak hanya aman dari kontaminasi, tetapi juga memberikan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, dan peningkatan konsentrasi belajar bagi seluruh penerima manfaat.