Kemendikdasmen Dorong Digitalisasi Pembelajaran untuk Wujudkan Kelas Interaktif
Program ini memiliki tiga pilar. Yaitu inklusif, adaptif, dan partisipatif
Pendidikan di Indonesia tengah memasuki era baru. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program Digitalisasi Pembelajaran. Program ini bertujuan menjadikan ruang kelas lebih dinamis dan interaktif. Tujuannya adalah pemerataan pendidikan bagi semua anak di seluruh Indonesia.
Program ini lahir sebagai respons atas beberapa tantangan. Salah satunya adalah rendahnya capaian literasi siswa. Tantangan lain adalah learning loss akibat pandemi. Jadi, digitalisasi menjadi upaya cepat untuk mengejar ketertinggalan. Apakah kita bisa memanfaatkan teknologi ini dengan baik?
Dasar program ini adalah Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025. Instruksi itu mencakup revitalisasi sekolah, pembangunan sekolah unggul, dan digitalisasi. Bagian krusial dari program ini adalah distribusi Papan Interaktif Pintar (Interactive Flat Panel / IFP).
Peralatan itu telah disalurkan ke sekolah-sekolah. Tahap awal mencakup wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Program ini tidak hanya memberi perangkat keras. Program ini juga menyediakan konten pembelajaran dan bimbingan teknis untuk guru.
Kemendikdasmen bekerja sama dengan PLN. Tujuannya untuk menjangkau sekolah di daerah 3T. Sekolah di daerah ini akan mendapat panel surya dan perangkat tambahan. Hal ini agar mereka tetap terhubung meski tanpa internet. Konten juga bisa diakses secara luring.
Pengaruh Terhadap Kerja Guru
Papan Interaktif Pintar berbeda dari TV biasa. Papan ini memungkinkan interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru bisa menampilkan berbagai konten. Konten itu seperti teks, video, audio, dan gamifikasi.
Seorang guru dari SMP Negeri 86 Jakarta memberikan testimoni positif. Haryanto, namanya, merasakan manfaat nyata. Ia mengatakan kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Murid-muridnya bahkan merasa senang dan ingin belajar lagi.
Digitalisasi pembelajaran membawa pekerjaan guru ke tingkat lebih tinggi. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga merancang pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum.
Penting bagi guru untuk terus belajar. Mereka harus menguasai teknologi baru. Ini agar mereka dapat memaksimalkan perangkat digital. Bimbingan teknis dari program ini membantu guru dalam proses ini.
Program ini memiliki tiga pilar. Yaitu inklusif, adaptif, dan partisipatif. Inklusif berarti layanan merata tanpa kesenjangan. Adaptif berarti adopsi teknologi. Partisipatif berarti kontribusi guru dan komunitas. Ketiganya diharapkan bisa meningkatkan mutu pendidikan.